Rencana Tuhan
Kima hanya bisa menunduk melihat sepatunya. Sepatu bot kesayangannya berwarna salem. Kima hanya bisa duduk diam dan mendengarkan kembali detik-detik itu. Detik-detik Arya menelepon… “Kima apa kabar? Maaf selama ini mas nggak peka. Maaf selama ini Kima nungguin mas. Makasih Kima sudah bilang tentang perasaan Kima ke mas. Tapi, bukan berarti mas menolak Kima. Mas belum berani menghadap ke mama Kima yang katanya galak itu, ha ha. Akhir-akhir ini mas mimpi Kima terus di barak. Mungkin mas kangen sama sinisnya Kima, sama cerewetnya Kima, sama judesnya Kima. Maaf mas balas perasaan Kima telat, mas nggak tahu selama ini ada doanya Kima di hidup mas. Semoga lebaran nanti ketemu ya… ” Terputus di situ, dan suara ledakan menggelegar. Kima meneteskan air mata. Genap satu tahun telepon itu datang. Genap satu tahun Arya meninggalkan Kima selama-lamanya. Hampir lima tahun Kima memendam perasaannya pada Arya, dan akhirnya mereka terpisah bukan lagi oleh jarak, tapi takdir. Kima bangkit dari ku