Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Rencana Tuhan

Kima hanya bisa menunduk melihat sepatunya. Sepatu bot kesayangannya berwarna salem. Kima hanya bisa duduk diam dan mendengarkan kembali detik-detik itu. Detik-detik Arya menelepon… “Kima apa kabar? Maaf selama ini mas nggak peka. Maaf selama ini Kima nungguin mas. Makasih Kima sudah bilang tentang perasaan Kima ke mas. Tapi, bukan berarti mas menolak Kima. Mas belum berani menghadap ke mama Kima yang katanya galak itu, ha ha. Akhir-akhir ini mas mimpi Kima terus di barak. Mungkin mas kangen sama sinisnya Kima, sama cerewetnya Kima, sama judesnya Kima. Maaf mas balas perasaan Kima telat, mas nggak tahu selama ini ada doanya Kima di hidup mas. Semoga lebaran nanti ketemu ya… ”   Terputus di situ, dan suara ledakan menggelegar. Kima meneteskan air mata. Genap satu tahun telepon itu datang. Genap satu tahun Arya meninggalkan Kima selama-lamanya. Hampir lima tahun Kima memendam perasaannya pada Arya, dan akhirnya mereka terpisah bukan lagi oleh jarak, tapi takdir. Kima bangkit dari ku

Chocolaté, Biscotte et Céréales

"Gora!" Teriak Vira. "Gora berhenti!" Teriak Vira. Gora terhenti dan membalikkan badan ke arah Vira. "Aku tahu selama ini yang ngirim cokelat, biskuit, sereal itu kamu! Lokerku gak pernah sepi jajan karena kamu." Ucap Vira lantang, membuat seisi ruangan loker melihat mereka. "Apa sih maksud kamu? Mau bikin aku gendut?" Tanya Vira. Gora hanya tersenyum dan pergi begitu saja. Vira berlari mengejarnya, ruangan loker kembali seperti semula. "Gora! Plis jelaskan semua ini." Teriak Vira di lorong sekolah. Pagi itu Vira memergoki Gora menggantungkan kantong plastik di loker Vira. Akhirnya Vira mengetahui siapa yang selama ini mengirim cokelat, biskuit, dan sereal ke lokernya. Namun saat dipergoki, Gora hanya senyum dan pergi.    Gora bukan siapa-siapa dalam hidup Vira. Bahkan, Vira tidak mengenalnya. Gora tiba-tiba hadir dalam hidup Vira dengan senyuman. Vira yang supel dan ramah memang terkenal memiliki banyak teman. Namun kali ini tema